Senin, 19 Oktober 2015

The proposal

Actually, it happened last night. When i was irk and disappointed of your attitude on my special time and date. i never mean to hope that you will be the first guy to say that, but you not ought to being suck like that huuh.
You know that you are the only one i hope to say it! But what did you do to me? So disappointing!
i almost gave up with us at that time. Before you call me to take several conversation by phone for my vexation.
we were talking for an hour and more. i can't even angry to you again. i am so happy with that sucking conversation.
You told me about our relationship. i know that it is different. we couldn't be like another couple for wasting time together for long time. we are so far away for miles.
you tried to convince me that you were serious about us. until you asked me a question which i couldn't be answered at that time. i just wondered why i couldn't answer this. till i realized it was a proposal.
yes, you proposed me.... and i said yes.......

Senin, 03 Agustus 2015

3 Agustus 2015

Selamat malam lek...
Maaf aku tak mengunjungimu hari ini. Aku tau selang beberapa hari nanti kau akan kembali pada rutinitasmu. Rutinitas yang kadang membuatku benci dan kesal. Meskipun tak beda pula dengan tanpa rutinitasmu itu. Sengaja aku tak menemuimu. Sengaja pula aku menyibukkan diriku dengan hal lain lagi, sebelum aku mulai terbiasa dengan keberadaanmu disisiku. Yang justru membuatku pilu bila harus mengingat apa yang sebenarnya. Bahwa kita tak bisa selalu bersua.
Aku mengumpulkan semua asa 'tuk kemudian kulepaskan. Bersama kepergianmu nanti. Mengumpulkan tiap-tiap rindu yang ingin kulampiaskan sebelum kau benar-benar pergi dan entah kapan kembali. Sebelum aku tak ingin merinduimu, sebelum aku tak ingin mengingatmu, sebelum aku tak ingin mengenal namamu, sebelum aku tak ingin menatapmu.
Aku menarik kembali tiap rasa rindu yang pernah ku hempaskan bersama dengan hilangnya bayangmu. Aku mungkin mampu menahan untuk sejenak tapi tak untuk waktu yang lama. Kan kubiarkan rasa itu jenuh hingga nanti saat dimana waktu mengembalikan rindu dan dirimu yang sejenak pergi.
Tak ku pungkiri pula saat ini aku merindukan sosokmu. tak perlu pula aku tuliskan semua hal yang ku rindukan dalam hadirmu. Tak akan mampu tiap-tiap huruf ini menggantikan rasa hadirmu disisi. Yang dapat kutuliskan aku masih merindukanmu. 2 hari bersamamu tak dapat menggantikan seluruh rasa rindu yang kulepaskan dalam asaku.
Dan beberapa hari setelah ini aku hanya akan dapat melihat punggungmu.


Selasa, 23 Juni 2015

23 Juni 2015

Ehhh... ini tanggal 23 lhoh..
cieee... kita udah 2 bulan nih :D

Tapi gak ada yang spesial juga sih -_-. Kamu lagi sibuk banget akhir-akhir ini.
I don't mean to get nethink of you boy.
I just hope you still as same as i know when we can see each other soon.

I want to tell you this.
I Miss You


Sabtu, 20 Juni 2015

Kamu Aku dan Jenuh

Layaknya sepasang dua manusia yang menjalin hubungan, aku dan kamu.
Kita memang telah lama menunggu saat seperti ini. Di mana status hubungan ini tak hanya sekedar teman atau pun teman dekat. Ya... kita telah memutuskan untuk bersama menjalin hubungan yang lebih dari sekedar teman.
Mungkin sudah beberapa bulan kita menjalaninya. Untuk pasangan lain mungkin hubungan mereka akan lebih erat dan semakin memupuk perasaan mereka, agar suatu saat nanti mereka dapat menuai hasil dari perjuangan mereka ini.
Tapi itu mereka, bukan kita. Memang kita tak bisa langsung bertemu selayaknya kekasih merindukan pasangannya. Tapi kita pun tak selalu berkabar. Kau yang sibuk dengan pekerjaanmu dan aku yang sibuk dengan kehidupan perkuliahanku saat ini. Sering kali aku merasa iri dengan mereka yang selalu memberi kabar dan bercerita apapun dengan pasangannya. Tapi aku tak selalu bisa begitu. Aku bahkan jarang memberi kabar karna bagimu aku baik-baik saja sudah cukup. Dan kau pun yang tak selalu bisa membalas pesanku.
Hingga akhirnya itu menjadi keterbiasaanku tanpamu. Ya, masih seperti dulu tanpamu dan masih sendiri. Aku mungkin sudah terlalu biasa dan bahkan terpaksa untuk terbiasa. Entah kau yang tak terlalu peduli dengan ini atau aku yang mulai jenuh menunggu kabar hingga ku putuskan untuk selalu berfikir bahwa kau selalu baik-baik saja. Meski ku tau kau tak selalu begitu.
Dan bahkan seakan aku mulai tak peduli denganmu. Kau pun sudah dewasa. Walaupun jenuh selalu datang, aku hanya tau kalau kau pun berjuang untuk bertahan untuk hubungan ini. Pun aku yang sedang berjuang.
Dari ini ku tau, hubungan tak hanya tentang komunikasi, tapi bagaimana kau mampu bertahan untuk hati yang tanamkan.

Selasa, 07 April 2015

5 Maret 2015



Sebelum ini aku sudah menemui banyak pengalaman yang ku alami dan ku dengar. NAS begitulah aku menyimpan identitas untuk berkomunikasi dengannya. Aku sudah berpikir dalam dan matang-matang untuk keputusan ini. Sulit memang. Aku telah mencoba berbagai cara untuk menyusun kembali hatiku yang hancur lagi. Semakin ku mencoba dan semakin ku berusaha. Semakin sulit pula untukku menyatukannya kembali. Rasa kecewa entah apa yang ada, yang ada aku hanya bisa menangis dan berteriak dalam hati. Kenapa seperti ini??. Hanya itu yang ada dalam pikiranku. Aku memang tak pernah mengungkit masa lalumu. Aku tak ingin mendengarnya dan bagiku itu tidaklah penting, yang ku tau kau denganku saat itu. Bagiku yang lalu akan tetep jadi masa lalu, aku tak ingin membahasnya. Kau pun jug atak pernah bercerita padaku tentnag masa lalumu, jadi kupikir memang kau tak ingin mengungkitnya.
Tapi...
Apa yang kulihat beberapa hari lalu? Kau kah itu? Kau kah yang melakukannya?
Beberapa bulan terakhir memeng seakan kau tak ingin menghubungiku, sangat lama sekali ku pikir kapan terkahir kali kita bersua. Aku sengaja beberapa hari tak mengisi saldo pulsaku berniat agar kau menghubungiku. Namun, tak pernah harapan itu terjadi. Hingga aku temukan rasa kacau ini saat itu.
Kau mungkin merindukannya, ya.. –nya yang dulu sangat kau kagumi. Aku sadar aku tak seberapa dengannya. Setidaknya aku sudah berusaha sebisaku untuk bersamamu.
Suaranyalah yang selalu kau putar setiap hari? Yaa... tentu. Itulah jawabanmu pada rasa terimakasihnya. Kacau. Itulah yang ku rasakan. Hingga akhirnya kau sadar akan ke-tiada-an ku ini. Aku memang sedikit menghindar. Aku ingin memulihkan hatiku yang sakit. Aku ingin introspeksi diri, harus bagaimana sikapmu padamu. Marah? Kesal? Benci? Cemburu? Aku tak tau. Aku tak pernah sadar jika dialah yang selalu kau dengarkan. Sedih karna itu bukan aku. Aku mulai menerka-nerka apa yang ada dalam hatimu. Haaahhhh..... lelah aku memikirkan hal ini.... mungkin ini sudah waktunya.
Waktu dimana kita saling fokus untuk masa depan kita masing-masing, bukan aku tak mau berjuang, tapi hatiku yang tak mampu lagi ku susun.
Special thank’s to my December, on rainy days.

Dek...



Hmm.... sudah lama sekali saya tidak mengingat ini lagi, terkecuali malam ini. Yaa.. malam ini, entah kenapa otak saya kembali mengingat sebuah kenangan. Tepatnya ketika saya masih labil dan nggak ngerti apa-apa, gampang dikibulin, pokoknya gampang percaya sama orang. Termasuk gampang berharap. Umur masih belasan, masih seneng-senengnya bercandaan jodoh-jodohin temen sama orang lain, cerita masalah nggak penting, dan ini adalah masa dimana drama korea-koreaan lagi ngehits dijaman saya.
Berawal dari dikenalin sama temen-nya sahabatku, ini jaman dimana kita kenalan lewat pesan instan. Awalnya sih Cuma buat temen ngobrol curhat aja. Dia anaknya gampang banget crita. Masalah dari A sampai Z pun dia critaiin. Ini jadi pengalaman baru buat saya, dimana saya tidak mudah untuk cerita masalah-masalah pribadi saya apalagi yang terlalu intern. Entah saya yang emang tertutup atau gak bisa gampang buat crita sama orang. Pas SD saya cuma crita sma kertas! Iya ! kertas yang depannya ada gambar yang genjreng banget, gambar hello kitty dan kawan-kawannya itulah, haha ....
Jam sih muter terus tapi entah kenapa tangan sama jari gak beranjak dari posisinya. Baru ini ni getoll banget megangin hp (dulu megangin remote* dan besok bakal megang tangan kamu #haisaahh) sampe orang serumah pada negor tumben banget dan dikira saya dapet pacar -_-.
Dan akhirnya saya jatuh hati padanya. Yupp! Jatuh hati !. tiap hari kirim kabar tanya kabar bisa saling sharing semua kegiatan yang saya lalui. Sampe sesedih-sedihnya hidup saya pun saya curahkan gaess ke dia. Ohh God !. Itu pengalaman pertama saya cerita ke orang lain perihal hidup saya yang suck.  Waktu itu saya nggak berfikir buat jadi yang lebih jauh dari ini. Kita saling anggep kita itu sodara jauh, saya panggil dia kakak dan dia panggil saya dek. Dek. Iya Dek. Satu kata yang bisa bikin hati saya naik turun nggak karuan. Ngliat nama dia muncul di inbox pun saya bisa cengar cengir sendiri pemirsah....
Lambat laun, dia mulai crita tentang orang lain. Dia jatuh hati sama orang lain. Bisa bayangin gimana rasanya ? lemes beroohh. Saya mulai mikir kalau saya ini bego banget bisa-bisanya berharap sama dia. Jelas-jelas dia cuma anggep kamu ‘dek’. Camkan itu ‘dek’. Hashhh .... mulai saat itu saya perlahan mencoba sedikit tidak peduli dan mundur demi menjaga hati saya agar tak semakin hancur. Kita masih komunikasi, masih kok. Cuma dalam batasan-batasan tertentu. Saya biarkan dia bahagia, berbangga mengagumi-nya. Toh, saya masih bisa untuk menutupi semuanya.
Hingga akhirnya 1 tahun berlalu, sama seperti dulu. Status saya stuck di ‘dek’ nggak lebih. Sampai suatu hari kita berencana pergi liburan. Semula saya nggak tau kalau dia ngajak –nya –nya dia. Waktu itu kita pergi ke air terjun, saya lupa apa nama tempatnya. Tapi itu tempat emang aslhi keren. Saya ngliat dengan mata saya sendiri, bagaimana dia menggenggam tangannya, menggendongnya. Taiklah pokoknya. Pengen rasanya nangis waktu itu. Tapi gak mungkin juga saya nangis ditempat seperti itu *harusnyasayapergisendiri.
Sejak saat itu saya benar-benar bertekad untuk mengakhiri drama itu. Saya pikir sudah waktunya saya istirahat. Istirahat menunggunya yang selalu menyakiti. Perlahan saya mulai sadar bagaimana sifatnya. Melambungkan rasa secepat asa, lalu menjatuhkannya secepat kilat. Saya mulai menghilang namun masih sedikit berharap. Tak mungkin juga bagiku untuk segera melupakan dia. Mengenal lama namun tak kalah lamanya dengan menunggu. Berharap dia segera putus dan melupakan –nya . tapi, saya rasa itu pun tak mudah. Sama halnya denganku yang tak mudah pula melupakan rasa itu.
Bulan berganti dan hampir 2 tahun sejak awal rasa itu muncul. Saya mulai lelah dengan penantian tak pasti seperti ini.
Berbahagialah dengan wanita yang kau cintai, dan berhentilah memberi harap. Tak semudah itu memusnahkannya jika kau tau itu. Sampai saya menulis cerita ini, saya tak pernah memberitahunya tentang perasaan yang dulu pernah ada dalam penantian.

W

Sabtu, 10 Januari 2015

Restu

Restu.

Restu. R E S T U.
Mudah bukan jika menuliskan maupun mengucapkannya?. Ya... tapi memang benar apa kata orang berbicara memang lebih mudah dari melakukannya. Sebuah kata yang sangat sederhana dan mudah dilafalkan ini tak semudah untuk mendapatkannya. Apa lagi kalau bukan restu dari orang tua.
Orang tua. Yahh.. merekalah orang harus kita hormati dan hargai. Mereka selalu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya apapun caranya. Namun, bagaimana jika permasalahan ini menyangkut hati persaan kita.
Mecintai dan dicintai oleh orang yang kita kasihi. Hidup bersama dengannya tentu adalah hal yang kita inginkan. Untuk usiaku saat ini, restu adalah hal yang tidak bisa ku remehkan lagi. Tidak seperti kemarin-kemarin belum peduli dengan kata itu, bahkan tak memikirkannya.
Kini, itu menjadi hal yang sangat sulit aku dapatkan. Aku tak pernah berfikir bahwa untuk lolos dalam hal ini sangatlah tidak mudah. Hampir semua yang aku kenalkan pada orang-tuaku tak mereka setujui secara gamblang untuk tingkat lebih lanjut.
Hal itu membuatku pantang arah untuk terus menerus bersama. Hingga akhirnya aku mulai lelah dengan hubungan yang tiada ujung.
Haaahhh entah selera mereka yang tinggi atau apa. Aku kesal dengan pandangan mereka kepeda ia yang ku sayangi. Haruskah seperti itu ? haruskah dengan pandangan sinis bahkan tak ingin menemuinya? ahhh aku kesal dengan tingkah mereka.
Tidakkah mereka lihat memang seberapa pantaskah anaknya untuk bisa mendapatkan orang yang mereka inginkan ? bibit bobot bebet dan sekawannya itu ashhh persetan dengan hal itu.
Lalu kenapa mereka tidak menjodohkan saja anaknya dengan orang yang mereka pilih untuk anaknya, lalu coba tanyakan pada orang pilihan mereka itu maukah orang itu menerima anaknya? bagaiman kalau tidak ? mereka mau apa? biarin anaknya jadi single seumur hidupnya?
Kami bukan lagi anak kecil yang harus terus menuruti keinginan kalian yang tidak sanggup kami penuhi, kami hanya ingin kami pun bisa bahagia. Biarkan kami dengan pilihan kami yang walaupun menurut kalian itu tak pantas untuk kami. Tapi kami merasa pantas dan bahagia bersamanya.
Sekali lagi restu.