Actually, it happened last night. When i was irk and disappointed of
your attitude on my special time and date. i never mean to hope that you
will be the first guy to say that, but you not ought to being suck like
that huuh.
You know that you are the only one i hope to say it! But what did you do to me? So disappointing!
i almost gave up with us at that time. Before you call me to take several conversation by phone for my vexation.
we were talking for an hour and more. i can't even angry to you again. i am so happy with that sucking conversation.
You
told me about our relationship. i know that it is different. we
couldn't be like another couple for wasting time together for long time.
we are so far away for miles.
you tried
to convince me that you were serious about us. until you asked me a
question which i couldn't be answered at that time. i just wondered why i
couldn't answer this. till i realized it was a proposal.
yes, you proposed me.... and i said yes.......
My Own Life
Senin, 19 Oktober 2015
Senin, 03 Agustus 2015
3 Agustus 2015
Selamat malam lek...
Maaf aku tak mengunjungimu hari ini. Aku tau selang beberapa hari nanti kau akan kembali pada rutinitasmu. Rutinitas yang kadang membuatku benci dan kesal. Meskipun tak beda pula dengan tanpa rutinitasmu itu. Sengaja aku tak menemuimu. Sengaja pula aku menyibukkan diriku dengan hal lain lagi, sebelum aku mulai terbiasa dengan keberadaanmu disisiku. Yang justru membuatku pilu bila harus mengingat apa yang sebenarnya. Bahwa kita tak bisa selalu bersua.
Aku mengumpulkan semua asa 'tuk kemudian kulepaskan. Bersama kepergianmu nanti. Mengumpulkan tiap-tiap rindu yang ingin kulampiaskan sebelum kau benar-benar pergi dan entah kapan kembali. Sebelum aku tak ingin merinduimu, sebelum aku tak ingin mengingatmu, sebelum aku tak ingin mengenal namamu, sebelum aku tak ingin menatapmu.
Aku menarik kembali tiap rasa rindu yang pernah ku hempaskan bersama dengan hilangnya bayangmu. Aku mungkin mampu menahan untuk sejenak tapi tak untuk waktu yang lama. Kan kubiarkan rasa itu jenuh hingga nanti saat dimana waktu mengembalikan rindu dan dirimu yang sejenak pergi.
Tak ku pungkiri pula saat ini aku merindukan sosokmu. tak perlu pula aku tuliskan semua hal yang ku rindukan dalam hadirmu. Tak akan mampu tiap-tiap huruf ini menggantikan rasa hadirmu disisi. Yang dapat kutuliskan aku masih merindukanmu. 2 hari bersamamu tak dapat menggantikan seluruh rasa rindu yang kulepaskan dalam asaku.
Dan beberapa hari setelah ini aku hanya akan dapat melihat punggungmu.
Maaf aku tak mengunjungimu hari ini. Aku tau selang beberapa hari nanti kau akan kembali pada rutinitasmu. Rutinitas yang kadang membuatku benci dan kesal. Meskipun tak beda pula dengan tanpa rutinitasmu itu. Sengaja aku tak menemuimu. Sengaja pula aku menyibukkan diriku dengan hal lain lagi, sebelum aku mulai terbiasa dengan keberadaanmu disisiku. Yang justru membuatku pilu bila harus mengingat apa yang sebenarnya. Bahwa kita tak bisa selalu bersua.
Aku mengumpulkan semua asa 'tuk kemudian kulepaskan. Bersama kepergianmu nanti. Mengumpulkan tiap-tiap rindu yang ingin kulampiaskan sebelum kau benar-benar pergi dan entah kapan kembali. Sebelum aku tak ingin merinduimu, sebelum aku tak ingin mengingatmu, sebelum aku tak ingin mengenal namamu, sebelum aku tak ingin menatapmu.
Aku menarik kembali tiap rasa rindu yang pernah ku hempaskan bersama dengan hilangnya bayangmu. Aku mungkin mampu menahan untuk sejenak tapi tak untuk waktu yang lama. Kan kubiarkan rasa itu jenuh hingga nanti saat dimana waktu mengembalikan rindu dan dirimu yang sejenak pergi.
Tak ku pungkiri pula saat ini aku merindukan sosokmu. tak perlu pula aku tuliskan semua hal yang ku rindukan dalam hadirmu. Tak akan mampu tiap-tiap huruf ini menggantikan rasa hadirmu disisi. Yang dapat kutuliskan aku masih merindukanmu. 2 hari bersamamu tak dapat menggantikan seluruh rasa rindu yang kulepaskan dalam asaku.
Dan beberapa hari setelah ini aku hanya akan dapat melihat punggungmu.
Selasa, 23 Juni 2015
23 Juni 2015
Ehhh... ini tanggal 23 lhoh..
cieee... kita udah 2 bulan nih :D
Tapi gak ada yang spesial juga sih -_-. Kamu lagi sibuk banget akhir-akhir ini.
I don't mean to get nethink of you boy.
I just hope you still as same as i know when we can see each other soon.
I want to tell you this.
I Miss You
cieee... kita udah 2 bulan nih :D
Tapi gak ada yang spesial juga sih -_-. Kamu lagi sibuk banget akhir-akhir ini.
I don't mean to get nethink of you boy.
I just hope you still as same as i know when we can see each other soon.
I want to tell you this.
I Miss You
Sabtu, 20 Juni 2015
Kamu Aku dan Jenuh
Layaknya sepasang dua manusia yang menjalin hubungan, aku dan kamu.
Kita memang telah lama menunggu saat seperti ini. Di mana status hubungan ini tak hanya sekedar teman atau pun teman dekat. Ya... kita telah memutuskan untuk bersama menjalin hubungan yang lebih dari sekedar teman.
Mungkin sudah beberapa bulan kita menjalaninya. Untuk pasangan lain mungkin hubungan mereka akan lebih erat dan semakin memupuk perasaan mereka, agar suatu saat nanti mereka dapat menuai hasil dari perjuangan mereka ini.
Tapi itu mereka, bukan kita. Memang kita tak bisa langsung bertemu selayaknya kekasih merindukan pasangannya. Tapi kita pun tak selalu berkabar. Kau yang sibuk dengan pekerjaanmu dan aku yang sibuk dengan kehidupan perkuliahanku saat ini. Sering kali aku merasa iri dengan mereka yang selalu memberi kabar dan bercerita apapun dengan pasangannya. Tapi aku tak selalu bisa begitu. Aku bahkan jarang memberi kabar karna bagimu aku baik-baik saja sudah cukup. Dan kau pun yang tak selalu bisa membalas pesanku.
Hingga akhirnya itu menjadi keterbiasaanku tanpamu. Ya, masih seperti dulu tanpamu dan masih sendiri. Aku mungkin sudah terlalu biasa dan bahkan terpaksa untuk terbiasa. Entah kau yang tak terlalu peduli dengan ini atau aku yang mulai jenuh menunggu kabar hingga ku putuskan untuk selalu berfikir bahwa kau selalu baik-baik saja. Meski ku tau kau tak selalu begitu.
Dan bahkan seakan aku mulai tak peduli denganmu. Kau pun sudah dewasa. Walaupun jenuh selalu datang, aku hanya tau kalau kau pun berjuang untuk bertahan untuk hubungan ini. Pun aku yang sedang berjuang.
Dari ini ku tau, hubungan tak hanya tentang komunikasi, tapi bagaimana kau mampu bertahan untuk hati yang tanamkan.
Kita memang telah lama menunggu saat seperti ini. Di mana status hubungan ini tak hanya sekedar teman atau pun teman dekat. Ya... kita telah memutuskan untuk bersama menjalin hubungan yang lebih dari sekedar teman.
Mungkin sudah beberapa bulan kita menjalaninya. Untuk pasangan lain mungkin hubungan mereka akan lebih erat dan semakin memupuk perasaan mereka, agar suatu saat nanti mereka dapat menuai hasil dari perjuangan mereka ini.
Tapi itu mereka, bukan kita. Memang kita tak bisa langsung bertemu selayaknya kekasih merindukan pasangannya. Tapi kita pun tak selalu berkabar. Kau yang sibuk dengan pekerjaanmu dan aku yang sibuk dengan kehidupan perkuliahanku saat ini. Sering kali aku merasa iri dengan mereka yang selalu memberi kabar dan bercerita apapun dengan pasangannya. Tapi aku tak selalu bisa begitu. Aku bahkan jarang memberi kabar karna bagimu aku baik-baik saja sudah cukup. Dan kau pun yang tak selalu bisa membalas pesanku.
Hingga akhirnya itu menjadi keterbiasaanku tanpamu. Ya, masih seperti dulu tanpamu dan masih sendiri. Aku mungkin sudah terlalu biasa dan bahkan terpaksa untuk terbiasa. Entah kau yang tak terlalu peduli dengan ini atau aku yang mulai jenuh menunggu kabar hingga ku putuskan untuk selalu berfikir bahwa kau selalu baik-baik saja. Meski ku tau kau tak selalu begitu.
Dan bahkan seakan aku mulai tak peduli denganmu. Kau pun sudah dewasa. Walaupun jenuh selalu datang, aku hanya tau kalau kau pun berjuang untuk bertahan untuk hubungan ini. Pun aku yang sedang berjuang.
Dari ini ku tau, hubungan tak hanya tentang komunikasi, tapi bagaimana kau mampu bertahan untuk hati yang tanamkan.
Selasa, 07 April 2015
5 Maret 2015
Sebelum ini aku
sudah menemui banyak pengalaman yang ku alami dan ku dengar. NAS begitulah aku
menyimpan identitas untuk berkomunikasi dengannya. Aku sudah berpikir dalam dan
matang-matang untuk keputusan ini. Sulit memang. Aku telah mencoba berbagai
cara untuk menyusun kembali hatiku yang hancur lagi. Semakin ku mencoba dan
semakin ku berusaha. Semakin sulit pula untukku menyatukannya kembali. Rasa
kecewa entah apa yang ada, yang ada aku hanya bisa menangis dan berteriak dalam
hati. Kenapa seperti ini??. Hanya itu yang ada dalam pikiranku. Aku memang tak
pernah mengungkit masa lalumu. Aku tak ingin mendengarnya dan bagiku itu
tidaklah penting, yang ku tau kau denganku saat itu. Bagiku yang lalu akan
tetep jadi masa lalu, aku tak ingin membahasnya. Kau pun jug atak pernah
bercerita padaku tentnag masa lalumu, jadi kupikir memang kau tak ingin
mengungkitnya.
Tapi...
Apa yang kulihat
beberapa hari lalu? Kau kah itu? Kau kah yang melakukannya?
Beberapa bulan
terakhir memeng seakan kau tak ingin menghubungiku, sangat lama sekali ku pikir
kapan terkahir kali kita bersua. Aku sengaja beberapa hari tak mengisi saldo
pulsaku berniat agar kau menghubungiku. Namun, tak pernah harapan itu terjadi.
Hingga aku temukan rasa kacau ini saat itu.
Kau mungkin merindukannya,
ya.. –nya yang dulu sangat kau kagumi. Aku sadar aku tak seberapa dengannya.
Setidaknya aku sudah berusaha sebisaku untuk bersamamu.
Suaranyalah yang
selalu kau putar setiap hari? Yaa... tentu. Itulah jawabanmu pada rasa
terimakasihnya. Kacau. Itulah yang ku rasakan. Hingga akhirnya kau sadar akan
ke-tiada-an ku ini. Aku memang sedikit menghindar. Aku ingin memulihkan hatiku
yang sakit. Aku ingin introspeksi diri, harus bagaimana sikapmu padamu. Marah?
Kesal? Benci? Cemburu? Aku tak tau. Aku tak pernah sadar jika dialah yang
selalu kau dengarkan. Sedih karna itu bukan aku. Aku mulai menerka-nerka apa
yang ada dalam hatimu. Haaahhhh..... lelah aku memikirkan hal ini.... mungkin
ini sudah waktunya.
Waktu dimana
kita saling fokus untuk masa depan kita masing-masing, bukan aku tak mau
berjuang, tapi hatiku yang tak mampu lagi ku susun.
Special thank’s
to my December, on rainy days.
Dek...
Hmm.... sudah lama sekali saya tidak mengingat ini lagi, terkecuali malam
ini. Yaa.. malam ini, entah kenapa otak saya kembali mengingat sebuah kenangan.
Tepatnya ketika saya masih labil dan nggak ngerti apa-apa, gampang dikibulin,
pokoknya gampang percaya sama orang. Termasuk gampang berharap. Umur
masih belasan, masih seneng-senengnya bercandaan jodoh-jodohin temen sama orang
lain, cerita masalah nggak penting, dan ini adalah masa dimana drama
korea-koreaan lagi ngehits dijaman saya.
Berawal dari dikenalin sama temen-nya sahabatku, ini jaman dimana kita
kenalan lewat pesan instan. Awalnya sih Cuma buat temen ngobrol curhat aja. Dia
anaknya gampang banget crita. Masalah dari A sampai Z pun dia critaiin. Ini
jadi pengalaman baru buat saya, dimana saya tidak mudah untuk cerita
masalah-masalah pribadi saya apalagi yang terlalu intern. Entah saya yang emang
tertutup atau gak bisa gampang buat crita sama orang. Pas SD saya cuma crita
sma kertas! Iya ! kertas yang depannya ada gambar yang genjreng banget, gambar
hello kitty dan kawan-kawannya itulah, haha ....
Jam sih muter terus tapi entah kenapa tangan sama jari gak beranjak dari
posisinya. Baru ini ni getoll banget megangin hp (dulu megangin remote* dan
besok bakal megang tangan kamu #haisaahh) sampe orang serumah pada negor tumben
banget dan dikira saya dapet pacar -_-.
Dan akhirnya saya jatuh hati padanya. Yupp! Jatuh hati !. tiap hari kirim
kabar tanya kabar bisa saling sharing semua kegiatan yang saya lalui. Sampe sesedih-sedihnya
hidup saya pun saya curahkan gaess ke dia. Ohh God !. Itu pengalaman pertama
saya cerita ke orang lain perihal hidup saya yang suck. Waktu itu saya nggak berfikir buat jadi yang
lebih jauh dari ini. Kita saling anggep kita itu sodara jauh, saya panggil dia
kakak dan dia panggil saya dek. Dek. Iya Dek. Satu kata yang bisa bikin hati
saya naik turun nggak karuan. Ngliat nama dia muncul di inbox pun saya bisa
cengar cengir sendiri pemirsah....
Lambat laun, dia mulai crita tentang orang lain. Dia jatuh hati sama orang
lain. Bisa bayangin gimana rasanya ? lemes beroohh. Saya mulai mikir kalau saya
ini bego banget bisa-bisanya berharap sama dia. Jelas-jelas dia cuma anggep
kamu ‘dek’. Camkan itu ‘dek’. Hashhh .... mulai saat itu saya perlahan mencoba
sedikit tidak peduli dan mundur demi menjaga hati saya agar tak semakin hancur.
Kita masih komunikasi, masih kok. Cuma dalam batasan-batasan tertentu. Saya
biarkan dia bahagia, berbangga mengagumi-nya. Toh, saya masih bisa untuk
menutupi semuanya.
Hingga akhirnya 1 tahun berlalu, sama seperti dulu. Status saya stuck di
‘dek’ nggak lebih. Sampai suatu hari kita berencana pergi liburan. Semula saya
nggak tau kalau dia ngajak –nya –nya dia. Waktu itu kita pergi ke air
terjun, saya lupa apa nama tempatnya. Tapi itu tempat emang aslhi keren. Saya
ngliat dengan mata saya sendiri, bagaimana dia menggenggam tangannya,
menggendongnya. Taiklah pokoknya. Pengen rasanya nangis waktu itu. Tapi
gak mungkin juga saya nangis ditempat seperti itu *harusnyasayapergisendiri.
Sejak saat itu saya benar-benar bertekad untuk mengakhiri drama itu. Saya
pikir sudah waktunya saya istirahat. Istirahat menunggunya yang selalu
menyakiti. Perlahan saya mulai sadar bagaimana sifatnya. Melambungkan rasa
secepat asa, lalu menjatuhkannya secepat kilat. Saya mulai menghilang namun
masih sedikit berharap. Tak mungkin juga bagiku untuk segera melupakan dia.
Mengenal lama namun tak kalah lamanya dengan menunggu. Berharap dia segera
putus dan melupakan –nya . tapi, saya rasa itu pun tak mudah. Sama
halnya denganku yang tak mudah pula melupakan rasa itu.
Bulan berganti dan hampir 2 tahun sejak awal rasa itu muncul. Saya mulai
lelah dengan penantian tak pasti seperti ini.
Berbahagialah dengan wanita yang kau cintai, dan berhentilah memberi harap.
Tak semudah itu memusnahkannya jika kau tau itu. Sampai saya menulis cerita
ini, saya tak pernah memberitahunya tentang perasaan yang dulu pernah ada dalam
penantian.
W
Sabtu, 10 Januari 2015
Restu
Restu.
Restu. R E S T U.
Mudah bukan jika menuliskan maupun mengucapkannya?. Ya... tapi memang benar apa kata orang berbicara memang lebih mudah dari melakukannya. Sebuah kata yang sangat sederhana dan mudah dilafalkan ini tak semudah untuk mendapatkannya. Apa lagi kalau bukan restu dari orang tua.
Orang tua. Yahh.. merekalah orang harus kita hormati dan hargai. Mereka selalu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya apapun caranya. Namun, bagaimana jika permasalahan ini menyangkut hati persaan kita.
Mecintai dan dicintai oleh orang yang kita kasihi. Hidup bersama dengannya tentu adalah hal yang kita inginkan. Untuk usiaku saat ini, restu adalah hal yang tidak bisa ku remehkan lagi. Tidak seperti kemarin-kemarin belum peduli dengan kata itu, bahkan tak memikirkannya.
Kini, itu menjadi hal yang sangat sulit aku dapatkan. Aku tak pernah berfikir bahwa untuk lolos dalam hal ini sangatlah tidak mudah. Hampir semua yang aku kenalkan pada orang-tuaku tak mereka setujui secara gamblang untuk tingkat lebih lanjut.
Hal itu membuatku pantang arah untuk terus menerus bersama. Hingga akhirnya aku mulai lelah dengan hubungan yang tiada ujung.
Haaahhh entah selera mereka yang tinggi atau apa. Aku kesal dengan pandangan mereka kepeda ia yang ku sayangi. Haruskah seperti itu ? haruskah dengan pandangan sinis bahkan tak ingin menemuinya? ahhh aku kesal dengan tingkah mereka.
Tidakkah mereka lihat memang seberapa pantaskah anaknya untuk bisa mendapatkan orang yang mereka inginkan ? bibit bobot bebet dan sekawannya itu ashhh persetan dengan hal itu.
Lalu kenapa mereka tidak menjodohkan saja anaknya dengan orang yang mereka pilih untuk anaknya, lalu coba tanyakan pada orang pilihan mereka itu maukah orang itu menerima anaknya? bagaiman kalau tidak ? mereka mau apa? biarin anaknya jadi single seumur hidupnya?
Kami bukan lagi anak kecil yang harus terus menuruti keinginan kalian yang tidak sanggup kami penuhi, kami hanya ingin kami pun bisa bahagia. Biarkan kami dengan pilihan kami yang walaupun menurut kalian itu tak pantas untuk kami. Tapi kami merasa pantas dan bahagia bersamanya.
Sekali lagi restu.
Restu. R E S T U.
Mudah bukan jika menuliskan maupun mengucapkannya?. Ya... tapi memang benar apa kata orang berbicara memang lebih mudah dari melakukannya. Sebuah kata yang sangat sederhana dan mudah dilafalkan ini tak semudah untuk mendapatkannya. Apa lagi kalau bukan restu dari orang tua.
Orang tua. Yahh.. merekalah orang harus kita hormati dan hargai. Mereka selalu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya apapun caranya. Namun, bagaimana jika permasalahan ini menyangkut hati persaan kita.
Mecintai dan dicintai oleh orang yang kita kasihi. Hidup bersama dengannya tentu adalah hal yang kita inginkan. Untuk usiaku saat ini, restu adalah hal yang tidak bisa ku remehkan lagi. Tidak seperti kemarin-kemarin belum peduli dengan kata itu, bahkan tak memikirkannya.
Kini, itu menjadi hal yang sangat sulit aku dapatkan. Aku tak pernah berfikir bahwa untuk lolos dalam hal ini sangatlah tidak mudah. Hampir semua yang aku kenalkan pada orang-tuaku tak mereka setujui secara gamblang untuk tingkat lebih lanjut.
Hal itu membuatku pantang arah untuk terus menerus bersama. Hingga akhirnya aku mulai lelah dengan hubungan yang tiada ujung.
Haaahhh entah selera mereka yang tinggi atau apa. Aku kesal dengan pandangan mereka kepeda ia yang ku sayangi. Haruskah seperti itu ? haruskah dengan pandangan sinis bahkan tak ingin menemuinya? ahhh aku kesal dengan tingkah mereka.
Tidakkah mereka lihat memang seberapa pantaskah anaknya untuk bisa mendapatkan orang yang mereka inginkan ? bibit bobot bebet dan sekawannya itu ashhh persetan dengan hal itu.
Lalu kenapa mereka tidak menjodohkan saja anaknya dengan orang yang mereka pilih untuk anaknya, lalu coba tanyakan pada orang pilihan mereka itu maukah orang itu menerima anaknya? bagaiman kalau tidak ? mereka mau apa? biarin anaknya jadi single seumur hidupnya?
Kami bukan lagi anak kecil yang harus terus menuruti keinginan kalian yang tidak sanggup kami penuhi, kami hanya ingin kami pun bisa bahagia. Biarkan kami dengan pilihan kami yang walaupun menurut kalian itu tak pantas untuk kami. Tapi kami merasa pantas dan bahagia bersamanya.
Sekali lagi restu.
Langganan:
Postingan (Atom)